ANALISIS SOSIOLOGI DALAM SISTEM PENDIDIKAN
ANALISIS SOSIOLOGI
DALAM SISTEM PENDIDIKAN
MAKALAH
Dibuat
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata
Kuliah Sosiologi Pendidikan
di
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Dosen
Pengampu :
Dr. H. Muhsin An. Syadilie, M.Si
Oleh :
Edi Susanto, S.Pd.I
NIM.141463100016
Prodi/Semester : PAI / II (dua)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dalam suatu bangsa merupakan salah
satu bentuk dasar peningkatan sumber daya manusia. Untuk
pencapaian SDM yang baik pemerintah serta lembaga non pemerintah berupaya menciptakan pendidikan dengan berbagai desain
ilmu.
Pendidikan adalah suatu
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif
dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang, dan pendidikan nasional Indonesia
adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional
Indonesia.
Jenis pendidikan adalah
pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya dan
program yang termasuk jalur pendidikan
sekolahterdiriataspendidikanumum,Pendidikankeagamaan,kejuruan,akademik, pendidikan khusus dan pendidikan
lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi landasan yuridis, Kurikulum dan
perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan
Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan melalui
undang-undang berupa Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 dan ditetapkan pada tanggal 27 Maret 1989. Kemudian diamandemen menjadi Undang-Undang RI Nomor 20 Th. 2003.
B. Rumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini penulis akan
merumuskan tentang:
1. Apa yang
dimaksud dengan sistem pendidikan?
2. Bagaimana
gambaran analisis sosiologi mengenai sistem pendidikan?
3. Bagaimana sifat
dan tipe – tipe sistem pendidikan?
4. Bagaimana konsep tujuan sosiologi pendidikan?
5. Bagaimana
munculnya sistem pendidikan modern?
6. Apa yang di
maksud pendidikan ilmiah?
C. Tujuan
Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan
penyusunan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui pengertian sistem pendidikan.
2. Mengetahuipandangan
analisis sosiologi mengenai sistem pendidikan.
3. Untuk
mengetahui sifat dan tipe-tipe sistem pendidikan
4. Untuk mengetahui konsep tujuan
sosiologi pendidikan.
5.
Untuk mengetahui munculnya sistem pendidikan modern
6.
Untuk
mengetahui pengertian pendidikan ilmiah.
D. Metode
Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah
ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu penulis menggunakan media pustaka
dalam penyusunan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sistem Pendidikan.
Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa
yunani “system” yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling
berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.
Pengertian sistem menurut sejumlah para ahli :
1. L. James Havery
Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan
rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan
yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha
mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
2. John Mc Manama
Menurutnya sistem adalah sebuah struktur
konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang
bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan secara efektif dan efesien.
3. C.W. Churchman.
Menurutnya sistem adalah seperangkat
bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan.
4. J.C. Hinggins
Menurutnya sistem adalah seperangkat
bagian-bagian yang saling berhubungan.
5. Edgar F Huse
dan James L. Bowdict
Menurutnya sistem adalah suatu seri atau
rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa
sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi
keseluruhan.
Sedangkan Pengertian pendidikan kalau ditinjau dari segi asal
kata adalah, bahwa pendidikan itu berasal dari kata “Pedagogi” dimana kata
tersebut berasal dari bahasa yunani kuno, yang kalau di eja menjadi 2 kata
yaitu :
1.
Paid artinya=>
anak
2.
Agagos artinya
=> membimbing
Dengan demikian
pengertian pendidikan kalau ditinjau dari suku kata tersebut adalah : ”Cara
atau ilmu untuk mengajar/membimbing anak”
Namun demikian ada
beberapa pengertian pendidikan yang bisa dijabarkan lebih luas lagi,
diantaranya :
1.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU No.20
tahun 2003)
2.
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak..(Wikipedia
Bahasa Indonesia)
3.
Pendidikan berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini
mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan
memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,
tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. (Kamus Bahasa
Indonesia, 1991:232)
Dari pengertian di atas maka yang dimaksud sistem pendidikan adalah: Sistem
pendidikan berarti keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan.
B. Pandangan
Analisis sosiologi mengenai sistem pendidikan.
Pendidikan
selalu dilihat sebagai usaha manusiaoptimistik mendasar yang dikenali dari aspirasi untuk kemajuan dan kesejahteraan.
Pendidikan dipahami oleh banyak orang sebagai usaha untuk melebihi
kemampuan orang cacat, mencapai kesetaraan yang lebih tinggi dan memperoleh
kekayaan dan status sosial.Pendidikan dianggap sebagai tempat
anak-anak bisa berkembang sesuai kebutuhan dan potensi unik mereka.Selain itu
juga sebagai salah satu arti terbaik dalam mencapai kesetaraan sosial yang
lebih tinggi.
Banyak orang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan setiap
orang hingga potensi tertinggi mereka dan memberi kesempatan untuk mencapai
segalanya dalam kehidupan sesuai kemampuan alami mereka (meritokrasi).Banyak juga orang yang meragukan bahwa sistem pendidikan apapun mencapai
tujuan ini dengan sempurna. Pendapat lain
mengemukakan pandangan negatif, menyatakan bahwa sistem pendidikan dirancang
dengan tujuan mengakibatkan reproduksi ketidaksetaraan sosial.
C. Sifat dan
tipe-tipe sistem pendidikan
Sistem pendidikan di
Indonesia menjadi sebuah polemik yang hangat dibicarakan di masyarakat, dimana
sistem pendidikan di Negara ini selalu berubah-ubah setiap tahunnya atau setiap pergantian
Menteri Pendidikan yang baru, selalu saja menggunakan system/formula yang baru. Ini akan menjadi sebuah
masalah yang besar dan komplek apabila tidak di tanggulangi dengan cepat.
Tidak menutup
kemungkinan pendidikan di Indonesia akan kembali menurun di masa-masa yang akan
datang dikarenakan banyaknya penggunaan sistem-sistem yang baru yang
menyebabkan pendidikan di Negara ini menjadi terhenti.
Para pelajar hanya digunakan
sebagai kelinci percobaan sistem pendidikan yang baru, dengan selalu
mengganti-ganti sistem kurikulum mulai dari kurikulum 1994 sampai dengan sistem
KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) , KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
sampai baru-baru ini muncul Kurtilas (Kurikulum dua ribu tiga belas). Ini menjadi sebuah permasalahan besar karena buku yang dipakai
sebagai pegangan pelajar sehari-hari selalu berganti-ganti.
Itulah semua hal yang
harus diterima oleh pelajar guna meningkatkan mutu pendididkan ke depan. Tetapi
pemerintah tidak hanya diam menghadapi semua permasalahan tersebut, sekarang pemerintah sudah
berupaya agar mutu pendidikan yang ada di Indonesia ini setara dengan
Negara-Negara lain. Misalnya dengan selalu meningkatkan standart kelulusan
Ujian Nasional, menyediakan buku elektronik yang dapat didownload secara gratis
di internet, program sekolah gratis untuk SD dan SMP dan pada tahun selanjutnya
SMA/SMK.
Upaya-upaya itulah yang
digunakan untuk memajukan pendidikan di Negara ini. Tetapi itu semua akan
sia-sia tanpa SDM yang memadai dari guru-guru pengajar dan juga yang sangat
penting adalah sarana dan prasarana sekolah, masih dijumpai sekolah-sekolah yang bangunannya kurang
layak digunakan kegiatan belajar mengajarkarena termakan usia, atau
sarana penunjang yang minim dimiliki sekolah.Itu membuktikan masih
bayaknya sekolah-sekolah di Negeri ini yang mempunyai sarana dan prasarana yang
pas-pasan.
Peningkatan mutu
pendidikan tidak hanya dibebankan hanya pada Pemerintah semata tetapi banyak
pihak yang harus dilibatkan dalam pelaksanaanya seperti orang tua, tenaga
pendidik, serta yang paling penting adalah keikutsertaan para pelajar sebagai
modal utama untuk kesuksesan kemajuan pendidikan di Negeri ini.
Pelajar harus mempunyai
tekad yang kuat untuk memajukan pendidikan di negeri ini dengan peningkatan
mutu SDM yang dimilikinya agar dapat bersaing dengan SDM dari luar negeri baik
dalam bidang apapun. Tidak lepas dari itu peran tenaga pendidik juga sangat
penting karena dengan tenaga pendidik yang mempunyai SDM yang memadai maka akan
menghasilkan output yang baik. Itulah sistem pendidikan di negeri ini.
D. Konsep Tujuan Sosiologi Pendidikan
Beberapa
konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1.
Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi
anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus
diperhatiakan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat
terhadapperkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik
dalam Keluarga yang religius, setelah
dewasa/tua akan cendrung menjadi manusiayang religius pula. Anak yang
terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih / mengutamakan jalur
intlektual pula, dan sebagainya.
2. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan
dan kemajuan social.
Banyak orang/pakar yang
beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan
masyarakat, karena dengan memiliki ijazah
yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebihtinggi
pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambahkesejahteraan social). Disamping itu dengan
pengetahuan dan keterampilanyang banyak dapat mengembangkan aktivitas
serta kreativitas social.
3. Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan
dalam masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana
lembaga pendidikan itu berada. Misalnya,
perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang
cukup animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
4. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis partisipasi
orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan
social. Peranan warga yang berpendidikan /
intelektual sering menjadi ukuran tentang maju dan berkembangnya kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan jangan
segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam memajukan
kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari
peningkatan taraf hidup social.
5. Sosiologi
pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan.Sejumlah
pakar berpendapat bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan
dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut. Seperti diIndonesia,
Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi
dasar untuk menentukan tujuan pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan
lainnya. Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitanya dengan
GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan
disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat
dan kebutuhan manusia.
E.
Munculnya sistem pendidikan modern.
Gagasan program modernisasi pendidikan lebih
khususnya pendidikan Islam mempunyai akar-akarnya dalam gagasan tentang
“modernnisme” pemikiran dan institusi Islam secara keseluruhan.
Modernisasi, yang di
Indonesia lebih dikenal dengan istilah “pembangunan” (development) adalah
proses multi-dimensional yang kompleks. Pada satu segi pendidikan dipandang
sebagai suatu variabel modernisasi.Dalam konteks ini pendidikan dianggaap
merupakan prasyarat dan kondisi yang mutlak bagi masyarakat untuk menjalankan
program dan mencapai tujuan-tujuan modernisasi atau
pembangunan. Tanpa pendidikan yang memadai, akan sulit bagi masyarakat manapun
untuk mencapai kamajuan. Karena itu banyak ahli pendidikan yang berpandangan
bahwa “pendidikan
merupakan kunci yang membuka pintu ke arah modernisasi” (Harbison & Myers,
1964:181).
Pendidikan dalam masyarakat modern atau
masyarakat yang tengah bergerak ke arah modern (modernizing) pada dasarnya
berfungsi untuk memberikan kaitan antara anak didik dan lingkungan
sosio-kulturalnya yang terus berubah.Begitu juga dengan sistem pendidikan yang
berubah demi kesempurnaan dan menyesuaikan perkembangan yang ada.
Untuk mencapai semua tujuan ini, pendidikan
dalam proses modernisasi akan mengalami perubahan fungsional dan antar sistem.
Perubahan-perubahan tersebut pada tingkat konseptual dapat dirumuskan dengan
menggunakan “pendekatan sistem-sistem” (systems approach). Don Adams (1970)
yang menggunakan “pendekatan sistem-sistem” ini dalam kajian pendidikan dan
modernisasi atau modern menemukan variabel-variabel
yang relevan bagi transformasi pendidikan.
Variabel-variabel ini dapat pula diterapkan
dalam agenda modernisasi pendidikan Islam dalam konteks Indonesia secara
keseluruhan. Input dari Masyarakat ke dalam Sistem Pendidikan:
1. Ideologi-Normatif:
Orientasi-orientasi ideologi tertentu yang diekspresikan dalam norma-norma
nasional (Misal, Pancasila) menuntut sistem pendidikan untuk memperluas dan
memperkuat wawasan nasional anak didik.
2. Mobilitas
Politik: Kebutuhan bagi modernisasi dan pembangunan menuntut sistem pendidikan
untuk mendidik, mempersiapkan dan menghasilkan kepemimpinan modernisasi dan
innovator yang dapat memelihara dan bahkan meningkatkan momentum pembangunan.
3. Mobilitas
ekonomi: Kebutuhan akan tenaga kerja yang handal menuntut sistem pendidikan
untuk mempersiapkan anak didik menjadi SDM yang unggul dan mampu mengisi
berbagai lapangan kerja yang tercipta dalam proses pembangunan.
4. Modernisasi
sosial: Peningkatan harapan bagi mobilitas sosial dalam
modernisasi menuntut pendidikan untuk memberikan akses ke arah tersebut.
5. Mobilitas
kultural: Modernisasi yang menimbulkan perubahan-perubahan kultural menuntut
sistem pendidikan untuk mampu memelihara stabilitas dan mengembangkan warisan
kultural yang kondusif bagi pembangunan.
F. Pendidikan
ilmiah.
Penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut penelitian
ilmiah.Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat
dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada lima karakteristik penelitian
ilmiah, yaitu :
1. Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan
sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang
kompleks.
2. Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan
fakta empirik.Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau
kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa
prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari
berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir
untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat
umum.
3. Empirik
artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari
yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai
hasil penelitian.
Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :
a. Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan
atau perbandingan satu sama lain).
b. Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu
c. Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada
hubungan sebab akibat).
4. Obyektif,
artinya suatu
penelitian menjauhi aspek-aspek subyektif yaitu tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai
etis.
5. Replikatif,
artinya suatu
penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan
harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan
kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional
variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
Berdasarkan
pengertian penelitian ilmiah di atas maka kita dapat menarik garis yang serupa
untuk pendidikan ilmiah yaitu pendidikan yang berdasarkan asas-asas ilmiah.Jadi
pendidikan ilmiah harus didasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan yang telah disampaikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
Sistem pendidikan berarti
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Pandangan analisis
sosiologi mengenai sistem pendidikan
adalah mengembangkan setiap orang hingga potensi tertinggi mereka dan memberi
kesempatan untuk mencapai segalanya dalam kehidupan sesuai kemampuan alami
mereka (meritokrasi).Banyak juga orang yang meragukan bahwa sistem
pendidikan apapun mencapai tujuan ini dengan sempurna. Pendapat lain
mengemukakan pandangan negatif, menyatakan bahwa sistem pendidikan dirancang
dengan tujuan mengakibatkan reproduksi ketidaksetaraan sosial.
Sistem kurikulum/
sistem pendidikan mulai dari kurikulum 1994 sampai dengan sistem KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi), KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan),
dan sampai sekarang muncul Kurtilas (Kurikulum Dua Ribu Tiga Belas).
Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan, yaitu menganalisis
proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat,menganalisis perkembangan dan kemajuan social,
menganalisis status pendidikan dalam masyarakat,
menganalisis partisipasi orang-orang yang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan
social dan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan.
Pendidikan modern, pendidikan tersebut telah memenuhi sarat dengan kemampuan pedagogis yang
mumpuni, seharusnya bertindak layaknya sebuah bengkel canggih untuk memperbaiki
peserta didik yang memang perlu dicermati karakter multidisliplin yang mampu
menyongsong jaman.
Berdasarkan pengertian penelitian ilmiah di atas maka kita dapat menarik
garis yang serupa untuk pendidikan ilmiah yaitu pendidikan yang berdasarkan
asas-asas ilmiah. Jadi pendidikan ilmiah harus didasarkan pada kaidah-kaidah
ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. Prof. Dr.,M.A.
1987. Pendidikan Islam; Tradisi dan modernisasi menuju milinium baru. Jakarta:
Logos Wacana, 2000.Cet. II
Nasution. S, Prof. DR. MA, Sosiologi Pendidikan. 1995.
Jakarta: Bumi Aksara Edisi 2. Cet. 1
Sargent, M. (1994) The New
Sociology for Australians (3rd Ed), Longman Chesire, Melbourne
Schofield, K. (1999). The
Purposes of Education, Queensland State Education: 2010 Accessed 2002, Oct 28.
http://bambang-sukmadji.blogspot.com/2010/08/meramu-sistem-pendidikan-modern.html
Comments
Post a Comment