MAKALAH SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI BIROKRASI
MAKALAH
SEKOLAH
SEBAGAI ORGANISASI BIROKRASI
Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Mandiri
Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu Dr. H. Muhsin An. Syadilie, M.Si.
Di Susun Oleh :
EDI SUSANTO
NIM.
14146310006
Prodi/Semester :
PAI / II A (dua)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2015
KATA
PENGANTAR
Segala puji
hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rosulullah
SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi
Pendidikan.
Dalam
penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi, baik itu
yang datang dari penulis maupun yang datang dari luar. Namun penulis menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua juga para sahabat. Terutama pertolongan dari
Allah sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Makalah ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Sosiologi pendidikan serta permasalahan lainnya, yang
kami dapatkan dari berbagai sumber informasi, serta berbagai buku.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi baiknya
penulisan dimasa yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam
kehidupan berbagai negara di berbagai belahan dunia, birokrasi berkembang
sebagai wadah utama dalam penyelenggaraan negara dalam berbagai bidang
kehidupan bangsa dan dalam hubungan antar bangsa. Birokrasi
bertugasmenerjemahkan berbagai keputusan politik ke dalam berbagai kebijakan
publik, dan berfungsi melakukan pengelolaan atas pelaksanaan berbagai kebijakan
tersebut secara operasional, efektif, dan efisien. Sebab itu disadari bahwa
birokrasi merupakanfaktor penentu keberhasilan keseluruhan agenda pemerintahan.
Birokrasi memegang peranan penting dalam perumusan, pelaksanaan dan pengawasan
berbagai kebijakan publik, termasuk evaluasi kinerjanya. Birokrasi adalah melaksanakan
kebijakan dan mana yang terbaik. Begitu juga dengan birokrasi di sekolah harus
di laksanakan dengan baik dan dapat menuju kesejahteraan yang merata.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Mengapa
sekolah disebut sebagai organisasi ?
2.
Mengapa kelas-kelas
disebut sebagai sistem sosial ?
3.
Apa saja
sasaran yang akan dicapai dalam birokrasi pendidikan ?
4.
Bagaimana
proses sosialisasi di sekolah ?
5.
Bagaimana
interaksi di kelas dan lingkungan sekolah terhadap proses pendidikan ?
C.
TUJUAN
Untuk
membaharui birokrasi pendidikan di sekolah-sekolah dalam kegitan belajar
mengajar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEKOLAH
SEBAGAI ORGANISASI BIROKRASI
Sekolah
memiliki dua pengertian. Pertama, lingkungan fisik dengan berbagai perlengkapan
yang merupakan tempat penyelenggaraan proses pendidikan
untuk usia dan kriteria tertentu. Kedua, proses kegiatan belajar
mengajar.[1][1]
Sekolah
adalah sebuah konsep yang mempunyai makna ganda. Pertama, sekolah berarti suatu
bangunan atau lingkungan fisik dengan segala perlengkapannya yang merupakan
tempat untuk menyelenggarakan proses pendidikan tertentu bagi kelompok manusia
tertentu. Kedua, Sekolah berarti suatu proses atau kegiatan belajar mengajar.[2][2]
Philip
robinson (1981) menyebut sekolah sebagai organisasi birokrasi, yaitu unit
sosial yang secara segaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu. Sekolah
sengaja diciptakan untuk tujuan tertentu, yaitu memudahkan pengajaran sejumlah
pengetahuan. Sekolah sebagai organisasi memiliki perbedaan dengan organisasi
lainnya, sebagai contoh dengan organisasi pabrik atau club sepak bola. Secara
umum, yang membedakan sebuah organisasi dari organisasi yang lainnya adalah
tujuan yang ingin dicapai. Sebuah pabrik sepatu dipastikan memiliki tujuan
menghasilkan barang-barang jadi berupa alas kaki, sedangkan sekolah bertujuan
menghasilkan individu-individu yang terdidik.
C.E. Bidwell
dan B. Davies menyebut sekolah sebagai organisasi birokrasi. Kedua sosiolog ini
menimbang sekolah dengan konsep birokrasi weber. Weber menyebutkan enam prinsip
birokrasi, yaitu:
1.
Aturan dan
prosedur yang tetap
2.
Hierarki
jabatan yang dikaitkan dengan struktur pimpinan
3.
Arsip yang
mendokumentasikan tindakan yang diambil
4.
Pendidikan
khusus bagi berbagai fungsi dalam organisasi
5.
Struktur
karier yang dapat diidentifikasi
6.
metode-metode
yang tidak bersifat pribadi dalam berurusan dengan pegawai dan klien didalam birokrasi.
Bidwell
berpandanagan bahwa sekolah memiliki ciri khas sebagai organisasi birokrasi.
Menurutnya, sekolah mempunyai ciri khas sebagai struktur longgar, yang
berkecenderungan untuk mengurangi desakan-desakan kearah birokratisasi. Struktur longgar yang dimaksud
oleh badwell adalah keterangan yang terdapat didalam lingkungan sekolah antara
otonomi guru dan keharusan untuk memenuhi kebutuhan umum pelajar. Para guru
memiliki kebebasan untuk menentukan cara ia mengajar dalam ruang kelas. Akan
tetapi, ia terikat dengan suatu silabus yang disusun oleh pihak yang
otoritatif. Sehubungan dengan itu, walaupun memiliki kelonggaran struktural,
sekolah memiliki kecenderungan birokratis. Jadi, beralasan kalau sekolah
disebut sebagai organisasi birokratis, walaupun jika ditimbang dengan konsep
birokrasi weber masih kurang tepat.
Dapat
disimpulkan bahwa pengertian sekolah adalah sekolah secara umum memiliki
komponen-komponen yang bersifat fisik: seperti lahan, bangunan, kurikulum, dan
orang-orang yang terlibat didalamnya.[3][3]
B.
KELAS
SEBAGAI SISTEM SOSIAL
Menurut
Robert M.Z.Lawang system adalah sesuatu yang saling ketergantunagn antara satu
komponen dan komponen lainnya dalam hubungan timbal balik yang konstan, konstan
artinya apa yang terjadi kemarin merupakan perulangan dari yang sebelumnya, dan
besuk akan diulang kembali dengan cara yang sama. Dan karena sifatnya kontan
inilah, maka pola hubungan interaksi ini memiliki system tertentu.
Menurut
Winardi, sistem merupakan suatu kelompok
elemen yang interdependen yang antar berhubungan atau saling mempengaruhi satu
sama lain. Dari berbagai pendapat diatas disimpulkan bahwa sistem merupakan
suatu kelompok elemen-elemen yang saling berhubungan secara interdependen
(saling ketergantungan dan konstan).[4][4]
Ada dua
pengertian kata kelas yang dihubungkan dengan kata sekolah. Pertama, ruangan
tempat berjalannya proses pendidikan. Kedua, sejumlah pelajar yang
sama-sama menempuh suatu tingkatan tertentu dalam sebuah lembaga pendidikan.
Kelas dalam pengertian yang lebih dikenal dengan istilah lokal yaitu merupakan
merupakan ruangan tertentu dengan arsitektur tertentu juga (sebagai ciri khas
ruangan sekolah) tempat kegiatan siswa dalam mengikuti proses pendidikan.[5][5]
Sekolah
terdiri atas kelas-kelas yang juga dapat dianalisis sebagai sebuah sistem.
Pengertian kelas dalam konteks sekolah dapat menimbulkan dua macam asosiasi
yaitu kelas sebagai ruangan tempat proses pendidikan berlangsung dan kelas
sebagai sekelompok atau sejumlah pelajar yang bersama-sama menempuh suatu
pelajaran pada suatu lembaga pendidikan. Yang terakhir kelas dapat diartikan
sebagai sejumlah pelajar yang untuk periode tertentu, misalnya satu tahun
menempuh paket program yang sama atau hanya untuk sebuah mata pelajaran saja.
Disini kelas diartikan sebagai sekelompok pelajar seperti tersebut tanpa
memperhatikan apakah mereka menempuh satu paket program pendidikan bersama-sama
ataukah hanya satu atau beberapa mata pelajaran saja.
Pada umumnya
disekolah-sekolah tradisional pelajar dalam satu kelas menempuh paket
pendidikan yang sama sehingga mereka berada pada tingkat ketempuhan program
yang sama. Pada sistem pendidikan yang baru, setiap pelajar mempunyai program
pendidikan yang tersusun secara individual, dalam arti seorang pelajar
mempunyai program pendidikan yang berlainan dengan pelajar yang lainnya. Dengan
demikian sebuah kelas mungkin terdiri dari atas mahasiswa yang hanya bertemu
mata pelajaran tertentu saja.[6][6]
C.
BIROKRASI
PENDIDIKAN
Apabila
sekelompok orang berkumpul untuk mencapai suatu sasaran umum, maka sesuatu
bentuk organisasi social sangat diperlukan. Bermacam-macam aktor dalam
pencarian umum ini memainkan peran yang berbeda-beda. Kita menunjuk kepada
berbagai keterkaitan antara peran-peran ini sebagai sebuah struktur. Berbagai
organisasi dapat berjangka dari yang sangat sederhana hingga yang paing
kompleks. Semuanya mempunyai sifat-sifat yang khas yaitu suatu pemberian tugas
dan lainnya. Ketika struktur itu menjadi lebih kompleks, maka orang-orang akan
semakain menjadi saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya maka
struktur tersebut akan menjadi sebuah
jurusan organisasi atau yang lebih telah menjadi suatu oraganisasi yang
formal. Unsur organisasi tersebut dimaksudkan mengatur dan membuat sesuatu yang
dapat diramal mengenai berbagai interaksi manusia yang terlibat di dalamnya, jika tidak maka akan terjadi
suatu ketidakberesan, ketidak tentuan bahkan akan terjadi kekacauan.
Organisasi
yang kompleks mempunyai berbagai jenis rangkaian-rangkaian sasaran, dan kita
dapat menganggap organisasi itu sebagai jumlah keseluruhan dari makna-makna
yang diterapkan oleh sejumlah anggotanya masing masing.
Gordon
(1975) menyebut lima jenis sasaran organisasi. Kita harus mengerti maknanya
jika kita ingin mengertinya dengan baik apa sebenarnya organisasi persekolahan
yang kompleks tersebut.
- Sasaran formal. Biasanya inilah yang sering disebut
sebagai tujuan umum dan
diuraikan bahkan ditulis, sama halnya seperti sebuah
konstitusi yang dibentuk melalui pengesahan badan perundang-undangan dan
seringkali memberikan batas-batas hukum pada organisasi tersebut
- Sasaran informal. Merupakan interpretasi dan
modifikasi sasaran formal oleh mereka yang sudah terlibat langsung, dengan
memberikan suatu interpretasi kolektif mengenai apa tujuan dan struktur
yang dilakukannya.
- Sasaran
pribadi yang
dianut oleh individu-individu didalam organsasi. Hal ini menyangkut tujuan
untuk dirinya sendiri.
- Sasaran ideologis, seperti tersirat dalam istilah
itu, terletak di dalam suatu system eksternal atau istem nilai yang luas.
Pada gilirannya maka hal-hal ini dapat mempengaruhi suatu organisasi
secara luas.
- Sasaran lebam, tak berdaya. Hal ini hanya
menunjuk pada kecenderungan suatu organisasi untuk mengekalkan diri, walau
sasaran yang resmi
telah tercapai. Sulitlah menilai sasaran ini sehubungan dengan keseluruhan anggota lembaga
persekolahan. Lebih mudah memandangnya dari segi presfektifnya atau
bagaian sub unitnya.[7][7]
D.
PROSES
SOSIALISASI DISEKOLAH
Manusia
disamping sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial yang mana
manusia yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan. Sosialisasi merupakan
suatu hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup antar sesama manusia
karena dengan adanya sosialisasi akan membawa manfaat baik bagi manusia itu
sendiri maupun bagi lingkungan tempat tinggal.
Pengertian
sosialisasi banyak disampaikan oleh para ahli, antara lain yaitu proses
sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial. Menurut
pandangan Kimball Young (Gunawan : 2003), sosialisasi ialah hubungan interaktif
yang mana seseorang mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural yang
menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat. Pendapat dua ahli tersebut
sama-sama menyatakan bahwa sosialisasi merupakan proses individu menjadi
anggota masyarakat. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa sosialisasi adalah proses individu dalam mempelajari keperluan-keperluan
sosial dan kultural di sekitarnya yang mengarah ke dunia sosial.
Dalam
Undang-Undang 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan
bahwa jalur pendidikan sekolah/formal merupakan jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang (pasal 1 ayat 10). Peranan sekolah sebagai lembaga
yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar
serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari
keluarganya. Sementara dalam perkembangan kepribadian anak didik, peranan
sekolah dengan melalui kurikulum, antara lain yaitu sebagai berikut :
- Anak didik belajar bergaul sesama anak didik,
antara guru dengan anak didik , dan antara anak didik dengan orang yang
bukan guru (karyawan).
- Anak didik belajar mentaati peraturan-peraturan
sekolah.
- Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang
berguna bagi agama, bangsa, dan negara.
Bisa
dikatakan bahwa sebagian besar pembentukan kecerdasan, sikap, dan minat sebagai
bagian dari pembentukan kepribadian dilaksanakan oleh sekolah. Kenyataan ini
menunjukkan betapa penting dan besar pengaruh dari sekolah. Jadi dalam hal ini
sekolah mempunyai peranan yang penting dalam proses sosialisasi yaitu proses
untuk membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial serta makhluk yang
dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat.[8][8]
E.
PROSES
INTERAKSI DIKELAS DAN LINGKUNGAN SEKOLAH
Didalam
kelas terjadi interaksi antara guru dan siswa dan antar sesama
siswa. Interaksi ini bersifat intensif dan terprogram interaksi tersebut
menimbulkan efek terhadap proses pendidikan. Interaksi didalam kelas melahirkan
sesuatu yang disebut dengan iklim atau suasana kelas. Interaksi para peserta
pendidikan didalam kelas terbingkai dalam aturan kelas yang telah ditentukan
oleh sekolah secara keseluruhan. Anda mungkin pernah mempunyai pengalaman
mengajar dikelas yang suasananya ribut dan anak-anaknya nakal. Akan tetapi,
anda pun pernah punya pengalaman mengajar dikelas yang tenang dan tertib.
Menurut para sosiolog, penyebabnya adalah interaksi dalam kelas. Interaksi
merupakan faktor dominan dalam menciptakan suasana kelas. Interaksi dalam kelas
melahirkan sesuatu yang disebut dengan iklim atau suasana kelas. Interaksi para
peserta pendidikan didalam kelas terbingkai dalam aturan kelas yang telah
ditentukan oleh sekolah secara keseluruhan.
Kehadiran
sekolah, baik secara fisik maupun sistem, memiliki dampak (umpan balik)
terhadap lingkungan. Begitu juga, kehadiran masyarakat disekitar sekolah
memiliki dampak bagi sekolah.Proses umpan balik ini mendorong sekolah untuk
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, mekanisme yang ada tidak
menunjang kelangsungan proses yang ada. Sebab, sekolah lebih berorientasi pada
program baku, bukan berdasarkan tuntutan langsung masyarakat.
Sementara itu, interaksi dalam sekolah
berlangsung antara empat kategori manusia dan antara orang-orang dalam setiap
kategori. Keempat kategori itu meliputi pimpinan sekolah, guru, pelajar, dan
karyawan nonguru. Keragaman struktur dan interaksi antar komponen dalam sekolah
sebagai sistem sangat bergantung pada jumlah dan tingkatan suatu sekolah.
Interaksi dalam sekolah yang memiliki siswa sebanyak 200 orang berbeda jauh
dengan sekolah yang memiliki siswa sebanyak 700 orang. Begitu juga, interaksi
di SMU akan berbeda jauh tingkat kompleksitasnya dengan interaksi di SMP atau
SD.[9][9]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Sekolah
sebagai organisasi mempunyai makna ganda, yaitu :
a. Sekolah
berarti suatu bangunan atau lingkungan fisik dengan segala
perlengkapannya yang merupakan tempat
untuk menyelenggarakan proses
pendidikan.
b. Sekolah
berarti suatu proses atau kegiatan belajar mengajar.
2. Sekolah yang
terdiri atas kelas-kelas dapat dianalisis sebagai sebuah sistem.
Pengertian kelas dalam konteks sekolah
dapat menimbulkan dua macam sosial yaitu :
a. Kelas
sebagai ruangan tempat proses pendidikan berlangsung
b. Kelas
sebagai sekelompok atau sejumlah pelajar yang sama-sama menempuh
suatu mata pelajaran tertentu pada suatu
lembaga pendidikan.
3. yang
kompleks mempunyai berbagai jenis rangkaian-rangkaian sasaran, yaitu sasaran
formal, sasaran informal, sasaran lembam, tak berdaya,
sasaran ideologis, sasaran
pribadi yang dianut oleh individu-individu
didalam organsasi.
4. Sekolah
mempunyai peran untuk mendidik, mengajar, memperbaiki dan
memperhalus tingkah laku anak didik yang
dibawa dari keluarganya. Bertujuan untuk
membantu perkembangan individu menjadi
makhluk sosial serta makhluk yang dapat
beradaptasi dengan baik di masyarakat.
5. Menurut para
sosiolog, interaksi di kelas menjadi faktor dominan dalam menciptakan
suasana kelas. Interaksi para peserta
pendidikan didalam kelas terbingkai dalam
aturan kelas yang telah ditentukan oleh
sekolah secara keseluruhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Mahmud.
2012. Sosiologi pendidikan. Bandung: pustaka setia.
http://stitattaqwa.blogspot.com/2013/07/sosiologi-pendidikan-sekolah-sebagai.html,
diakses tanggal 3 februari 2015
http://retnososiologi.blogspot.com/2012/03/blog-post.html,
diakses tanggal 3 Februari 2015
http://faizhijauhitam.blogspot.com/2009/11/sekolah-sebagai-organisasi-birokrasi.html,
diakses tanggal 3 februari 2015
http://cimeissa03.wordpress.com/2011/12/14/proses-sosialisasi-peserta-didik-di-sekolah/,
diakses tanggal 3 februari 2015
[1][1]Mahmud, sosiologi pendidikan, (bandung:
pustaka setia 2012) hal 167
[2][2]http://stitattaqwa.blogspot.com/2013/07/sosiologi-pendidikan-sekolah-sebagai.html,
diakses tanggal 3 Februari 2015
[3][3] Mahmud, sosiologi pendidikan, (bandung:
pustaka setia 2012) hal 167
[5][5]Mahmud, sosiologi pendidikan, (bandung:
pustaka setia 2012) hal 171
[6][6]
Mahmud, sosiologi pendidikan, (bandung: pustaka setia 2012) hal 172
diakses tanggal 3 februari 2015
diakses tanggal 3 februari 2015
[9][9]Mahmud,
sosiologi pendidikan, (bandung: pustaka setia 2012) hal 168
Comments
Post a Comment